Senin, 30 Agustus 2010

Bingkisan

Telah ku belah matahari jadi

,delapan belas

ku kantongi dalam saku kemejaku



ku lipat bulan jadi

,sebelas

semesta jadi

,sembilan tiga

ku wadahi dalam

kotak kadoku

untuk mu

Berita Besar

Saat datang berita besar
Katanya: Bumi akan bergetar
Manusia baru berpikir dan mulai
Sadar
Padahal, di pucuk langit
Sangkakala sudah tersandar
Tinggal tiup
Setelah itu semesta kelar


Saat tiba Adiwarta
Ibu pun lupa anaknya
Hartawan lupa emasnya
Seakan dunia tak ada artinya
Kini, si fasik tahu rasa
Ia sedang di akhir masa
Amalnya tak ada artinya
Tinggal tunggu mati dan neraka

Kala tiba An-Naba
Laut bergulung dan gunung-gunung
Menggantung
Langit terpasung. Alampun ikut
Mendengung

Akhirnya. Sangkakala pun ditiup
Kiamatpun turut menyambut
Nyawa satu-satu tercabut
Dengan lembut


Intisari QS. An-Naba'

Wihdatul Wujud

:Jenar





Ingin Ku kawinkan :

siang dan malam

gunung dan laut

langit dan bumi

hitam dan putih

madu dan racun

baik dan buruk

cinta dan benci

api dan angin

air dan minyak

terang dan gelap

hidup dan mati



tapi tak ada yang mau

jadi penghulu dalam upacara

sakral mereka



sedang Tuhan dan Aku

kini menyatu

Rafa'ul Jannah

:firdha



1

Bukan sekedar kerinduan pada Illahi

yang meletup-letup dalam hati

2

kerinduan ini telah mengakar ke dasar

tanah jiwa

3

sebab jisim ini pun tak lagi mampu

nahan beban dosa

4

bekas pelacur ini

tak mau lagi,

nikung

dari Jalan-Mu

tak mau lagi,

nerabas,lampu merah

di perempatan jalan-Mu

5

dengan seikat shalat taubat

atau dengan nasuha sekerat

aku bisa lepas dari cekam kiamat

6

aku kini kebingungan

cari-cari cara enak nuju kematian

yang khusnul khatimah

dan menghidangkan kenikmatan

7

aku kini telah siap menyambut dia

-hingga mulai melupakan lampau-

buat temu langsung dengan-Mu



aku orangnya makin tak bisa tahan

saking rindunya pada rafa'ul jannah

-sangat tak bisa nahan rindu

pada rafa'ul jannah-

pingin, menguras dahaga

di telaga haudl

dan bersua kanjeng Rasulullah



(tapi, rasanya aku tak sekedar

inginkan rafa'ul jannah)



aku inginnya yang lebih tinggi dari

rafa'ul jannah(firdaus)

8

akhirnya aku dapatkan

lebih tinggi dari sorga tujuh tingkatan

-sorga tingkat kedelapan-







Senja terakhir bulan Sya'ban

Banjir Distro di Yogyakarta

Menjamurnya Distro akhir-akhir ini di Kota Yogyakarta ini sudah menjadi salah satu bukti otentik bahwa kota kita tercinta ini menjadi sasaran selanjutnya dari program “Kota Mode” setelah Bandung, Jakarta, Tangerang dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Bisa dilihat, selain banyaknya distro yang ada hampir di setiap sudut kota ini, juga intensitas pameran atau Exhibition Room yang semakin sering di adakan di tempat-tempat penting di Yogyakarta seperti Jogja Expo Center(JEC) dan GOR UNY. Event-event semacam ini seakan menjadi sebuah ajang beradu bagi tiap distro untuk menawarkan produk buatan masing-masing,saling berlomba untuk menjajakan barang dagangannya itu pada masyarakat luas, khususnya kaum remaja(yang notabene menjadi buruan utama para pengusaha distro tersebut).

Selain itu desain dan kualitas bahan baku menjadi satu alasan tersendiri bagi kaum remaja untuk lebih memilih produk distro ketimbang produk non-distro. Potongan-potongan harga yang di tawarkan pada event-event tersebut juga menjadi alasan lain dari kaum remaja untuk memburu produk-produk distro tersebut.

Tetapi, yang sangat di sayangkan adalah nasib pengusaha pakaian non-distro yang bisa di bilang menjadi sepi pelanggan. Ini merupakan sebuah ironi ditengah hingar-bingar kemajuan mode di kota Yogyakarta khususnya. Satu hal yang memang perlu mendapat perhatian lebih dan direnungkan oleh semua pihak. Oleh karena itu, hal dilematis diatas menghadapkan dua pilihan pada kaum remaja, apakah akan mengikuti arus zaman dan menjadi korban kemajuan mode atau bersikap lebih rendah hati dan menanggalkan gengsi serta egonya dengan lebih memilih produk-produk non-distro.

Jumat, 27 Agustus 2010

Kau Adalah Aku

“Di bawah kuasa tirani
Ku susuri jalan lurus ini
Berjuta kali turun aksi
Bagiku satu langkah pasti”


TERDENGAR sorak-sorai ribuan mahasiswa menyanyikan mars pembangkangan pada ketidakadilan. Mereka menerabas jalanan ibukota menuju gedung pusat pemerintahan di negeri Dwipada. Kau berada di antaranya. Kau maju terus walau sepasukan polisi dan brimob menghalangi langkahmu dan kawan-kawan lain menerabas masuk ke gedung berwarna hijau itu. Dorong-dorongan dengan aparat tak membuatmu puas juga.
Kaupun tetap ngeyel dan lari sekuat tenaga. Berloncat-loncat. Posturmu yang kecil memudahkanmu melewati barisan aparatur negeri Dwipada, walaupun sesekali tubuhmu dihantam tongkat pemukul dan ditendang sepatu-sepatu laras. Tubuhmu yang memar dan keningmu yang berdarah tak buatmu gentar sedikitpun. Kau tetap berlari. Kau berani hidup, namun kau juga berani mati. Kau lihat di belakangmu lusinan brimob mengejarmu, mereka memegang pistol, tapi tak berani menembakmu. mereka takut. Instruksi atasan atau terlalu yakin bisa menangkapmu tanpa senjata. Entahlah. “Masa bodoh” katamu sambil berlari sekencang kijang. Kau lari, terus berlari. Menaiki ratusan tangga dan langsung memanjat tembok dan loncat ke atas atap berwarna hijau itu dan langsung menyemprotkan cat putih dari kaleng pillock yang kau genggam di tangan kananmu dan menuliskan “JUJUR, ADIL, TEGAS”. Setelah itu kau berdiri tegak mengambil secarik kertas dari saku kemejamu dan berteriak lantang membacakan puisi karangan Rendra, “ Sajak Lisong”. Kau merasa puas atas demonstrasi solomu atau lebih tepat di sebut ulah nekatmu itu.
Kau turun dari gedung itu dan berjalan santai melewati wakil-wakil rakyat yang cuma bisa melongo melihat aksi gilamu, mimik mukanya sama dungunya saat mereka tidur di tengah-tengah rapat paripurna atau kucing-kucingan saat bolos di jam kerja.
Setelah peristiwa itupun, kau tetap menyuarakan kegelisahanmu, merapat dalam barisan demonstran, dan meluapkan kritik dan kemarahanmu lewat tulisan di koran-koran. Ya, kerena menurutmu tulisan adalah ekspresi kemarahan yang paling terhormat.
Kau juga tetap merasa tak gentar walau sudah puluhan kali diancam oleh orang-orang suruhan birokrat-birokrat busuk yang terusik atas eksistensimu menerjang hak-hak prerogatif mereka sebagai penguasa.
Bahkan, saat kau di culik oleh orang-orang suruhan Anggodo, Presiden Dwipada, kau dengan tenangnya menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan yang meraka lontarkan dan kaupun menerima pukulan-pukulan di wajahmu dengan santai, sehingga 2 gigi grahammu tanggal begitu saja.
Kau yakin bahwa teman-teman seperjuanganmu akan menuntut pada penguasa Dwipada untuk melepaskanmu. Benar saja, ribuan masyarakat dari berbagai lapisan turun kejalanan menuntut agar kau di bebaskan . saat itu, sosokmu sudah menjadi sosok yang inspiratif bagi semua orang. Dan akhirnya, banyak orang menentang presiden dan dengan itu, kau berhasil meruntuhkan tirani orde anyar dwipada. Kaupun akhirnya berhasil di bebaskan.
Wajahmu kini menghiasi setiap halaman utama korang local maupun nasional, jadi hotnews di berbagai stasiun televisi. Ini semua karena kau berjalan menurut keyakinanmu, seperti yang pernah di nukilkan oleh seorang uskup dari Timotios:14 “Hendaklah engkau tetap berpegang kepada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini” ujar uskup tua vang kau temui saat seminar lintas agama di Turin, Italia. Kau mendengarkannya walau kau seoranag muslim “Aku sangat menghargai pluralisme” dalihmu setiap kau ditentang oleh anak-anak Rohis kampusmu.
Setelah tirani kekuasaan yang sudah 32 tahun berkuasa berhasil kau runtuhkan, kau masih saja berjuang dengan penuh seluruh, tiap ditanya kenapa kau punya semangat seperti ini, kau selalu menjawab bahwa semangatmu ini karena pramoedya Ananta Toer lewat novel-novelnya yang membakar geloramu dan menyalakan api pemberontakan pada ketidakadilan dalam jiwamu. Kau jadi agak mirip dengannya, bedanya Pramoedya harus rela jadi tahanan politik selama bertahun-tahun, sedang kau tidak demikian bukan. “Chairil dan Rendra pun ikut andil lewat puisi-puisinya” jawabmu menambahi sambil menghembuskan asap rokok lintingan ke udara.
Karena itu kau pun jadi teringat semasa SMA sekaligus masa nyantri-mu dulu, kau sering mengajak teman-temanmu yang benar-benar tidak tahu estetika sastra, membuat komunitas pecinta puisi, yang membacakan puisi ciptaan mereka sendiri atau penyair-penyair besar. Secara tidak langsung kau menjelma menjadi Umbu Landu Paranggi, Presiden Malioboro yang sekarang hijrah ke Bali menjadikan para lakon di Maliboro mulai dari preman hingga tukang becak menjadi intim dengan puisi, atau seperti Mr. Keating dalam Dead Poets Society yang di perankan Robin Williams, yang berhasil manjadikan murid-muridnya “gila puisi”, padahal dia mengajar di sekolah yang kaku yang bertujuan mencetak pemimpin generasi aristokrasi di Amerika sana.
Selain itu, kau juga berhasil merubah pemikiran teman-temanmu yang konservatif menjadi terbuka dan bebas, walau pada akhirnya kau di drop out dari lembaga pendidikan yang kau diami semasa SMA dulu karena dianggap memberontak dan separatis. “Lupakan masa SMA itu sejenak” ucapmu mengakhiri flashback masa SMA mu yang pahit.
Karena puisi itu juga kau sering bertingkah gila dan membuat orang-orang sekitarmu geleng-geleng kepala. Pernah saat kuliah sastra semester dua kau berkoar-koar membacakan puisi semi-teatrikal di depan gedung RRI Jogja, saat itu Evi Idawati sedang mengadakan lomba baca puisi karyanya yang termaktub dalam kitab “Pengantin Sepi”. Kau menuduh sastrawan yang satu ini menjadikan sastra sebagai alat komersil semata untuk mengeruk keuntungan. Padahal itu hanya akal-akalanmu saja yang sedang kere agar bisa ikut lomba baca puisi itu.
Kau juga sering menulis puisi tentang Tuhan, bahkan sering memenangkan lomba cipta puisi religius tingkat regional maupun nasional. Padahal saat kau menulis puisi itu, botol-botol vodka berserak di mejamu dan bau sengak asap rokok yang kau bilang cimenk
itu menusuk setiap orang yang berada dikamarmu.
Kau yang kali ini lebih mirip Tardji yang menulis sajak tentang Tuhan dan Pertaubatan dengan botol bir tergenggam di tangannya.
“O,lihat Tuhan, kini bekas pemabuk ini
ngebut
dijalan lurus” kau berteriak lantang sambil membacakan puisi “Idul Fitri” buatan Tardji itu. “Aku percaya Tuhan, aku pun seorang muslim, tapi ini hanya agama turun temurun dan agar tak di anggap komunis oleh pemerintahan anggodo saat itu”ujarmu acap kali kau di tanya tentang ‘keteguhan yang kau peluk’.
Kini di usiamu yang hampir kepala lima dan di tengah situasi politik negeri Dwipada yang sudah tak begitu carut-marut karena telah beberapa kali berganti kekuasaan, dan sepertinya kebengalanmu ketika masih muda dulu sudah sedikit memudar. Begitupun teman-teman seperjuanganmu saat meruntuhkan tirani lalim yang kau tentang. Kau kini memilih hanya jadi “tukang nulis” yang kritis. Kau tetap meyakini bahwa menulis adalah pengekspresian kemarahan yang paling terhormat, padahal secara ekonomis, profesimu itu kurang menjanjikan untuk hidup dalam kemewahan. “ kalau aku gak nulis, aku gak bisa makan nanti” katamu mempertahankan argumenmu.
Padahal banyak partai-partai politik yang di pimpin teman-temanmu dulu ingin merekrutmu menjadi politisi yang memiliki jabatan prestisius. Kau menolaknya dengan halus . “Aku tak mau ditentang diriku sendiri“. Kalau saja kau mau menerima tawaran tersebut, sekarang kau bisa hidup berkecukupan bahkan lebih, dan tak bisa di jamin kau tidak merubah gaya hidupmu menjadi hedonis-borjuis.
Kau kini sudah semakin arif dalam memahami dan menyikapi kehidupan, kau tahu itu lewat sajak-sajak Chairil, “Aku mau hidup seribu tahun lagi”, falsafah yang kau pegang ketika muda dulu, dan kini kau berujar lirih “hidup hanya menunda kekalahan/…sebelum pada akhirnya kita menyerah”.
Dan di suatu senja di beranda rumahmu, kau terheran-heran dengan semuanya, dan bertanya:
“Siapa kau sebenarnya, mengapa kau begitu tahu tentang diriku??”
“Ya, aku memang tahu banyak tentang kau, sebab aku adalah kau, dan kau adalah aku”.


Pandanaran, Agustus 2010
*Bukti kekagumanku pada orang-orang macam
Chairil Anwar, W.S Rendra, Pramoedya Ananta Toer,
Umbu Landu Paranggi, Sutardji Calzoum Bahri
dan Evi Idawati

Kamis, 26 Agustus 2010

Jawaban Tugas Ilmu Hadis


1.C          11.B       21.D       31.          41.B

2.            12.          22.C       32.          42.E

3.C          13.C       23.E        33.C       43.A

4.B          14.B       24.          34.A       44.C

5.E          15.          25.B       35.          45.A

6.            16.E        26.B       36.C       46.B

7.A         17.B       27.C       37.          47.A

8.            18.          28.B       38.E        48.B

9.            19.          29.A       39.A       49.B

10.          20.D       30.B       40.B       50.A



Contoh Tugas Explanation kelas XII G Agama

A. Metamorphosis of Frog

           What you know about frog metamorphosis?? How is this slimy animals can hop, below the answer.

            At first, an adult female frog will lay eggs, then the egg will hatch after 10 days. After hatching, the frog eggs hatch into tadpoles. After the age of two days, the tadpoles have feathery external gills for breathing. After 3-week-old tadpole gills will be covered by skin. By the age of 8 weeks, the tadpoles back legs will be formed later enlarged when the front legs began to appear. Age 12 weeks, the front legs began to take shape, a short tail and breathe with lungs. After growth of perfect limbs, the frog will turn into an adult frog.

          I hope the above is useful knowledge for you guys, thank you for listening

B. Metamorphosis of Butterfly

           What you know about the metamorphosis of an insect called a butterfly. What makes a butterfly makes it so beautiful. Well, we describe the processwhat you know about the metamorphosis of an insect called a butterfly. What makes a butterfly makes it so beautiful. Well, we explanation the process.

            First of all, the butterflies will lay eggs. The eggs will hatch into larvae (caterpillars), the caterpillar will turn into a long shape. The caterpillars will be attached to trees and foliage to become pupae. After awhile, it will exit from the cocoon of a butterfly is still young. Then do not how long into adult butterflies.

            I hope the above is useful knowledge for you guys, thank you for listening.

 C. Chronology of The Tsunami

               What you know about the large waves that devastated Aceh six years ago. Well, it was named the tsunami waves, below the explanation of the tsunami.

                First, the occurrence of earthquakes in the seabed of high-strength, the eruption of volcanoes in the middle of the sea, the occurrence of landslides on the sea bottom cliff wall that result in cracks or fractures on the surface of the ocean floor. after the earthquake stopped on the mainland, the lapse of a few minutes later the sea water suddenly becomes retroactively, after that with the faster waves would spread rapidly and become very large waves with a height of between 4 to 24 meters when it will reach the mainland.

               I hope the above is useful knowledge for you guys, thank you for listening.



*(Di harapkan mengerjakan semua)